DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian Iklim
2.
Klasifikasi Iklim
3.
Pengaruh Iklim Global
4.
El Nino dan La Nina
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan
2.
Kritik dan Saran
3.
Pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bumi yang telah
kita tinggali selama ribuan generasi ini memiliki lapisan udara yang disebut
atmoser. Atmosfer ini memiliki beberapa lapisan yaitu lapisan troposfer,
statosfer, mesosfer, termosfer, dan skosfer. Pada kesempatan kali ini yang akan
kita bahas adalah lapisan troposfer khususnya adalah membahas iklim secara
lebih mendalam. Tentu saja kita sering sekali mendengar atau bahkan menyebutkan
kata iklim. Namun apakah yang dimaksud dengan iklim? Tahukah kita?
Pada kesempatan kali ini kita akan
mengupas secara tuntas mengenai iklim dan dampaknya bagi kehidupan kita. Semoga
setelah kita mengetahui dan memahaminya kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.
B. Rumusan
Masalah
1)
Apa itu iklim?
2)
Apa Sajakah macam-macam iklim dalam masing-masing klasifikasi itu?
3)
Apa pengaruh iklim global?
4)
Apakah itu El Niño dan La Niña, dan dampaknya bagi
Indonesia?
C. Tujuan
Penulisan
1)
Mengetahui pengertian iklim.
2)
Mengetahui macam-macam iklim dalam masing-masing klasifikasi iklim.
3)
Mengetahui pengaruh iklim global.
4)
Mengetahui apa itu El Niño dan La Niña dan dampaknya
bagi Indonesia.
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Iklim
Iklim adalah
pola cuaca rata-rata dalam wilayah yang luas dan jangka waktu yang lama
(sekitar 30 tahun). Iklim pada suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang
variasinya besar sehingga hampir tidak mungkin ada dua tempat yang memiliki
iklim sama. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah Klimatologi.
B.
Klasifikasi Iklim
1)
Iklim Berdasarkan Lintang
Klasifikasi ini
didasarkan pada adanya pengaruh posisi atau peredaran semu tahunan matahari
sehingga disebut juga klasifikasi iklim matahari. Klasifikasi ini pertama kali
dikenal pada zaman Yunani yang membagi belahan bumi menjadi empat zona, yaitu:
a.
Iklim tropis
Ciri-ciri:
·
Letak
0 LU
-
0 LS.


·
Suhu rata-rata antara 220C – 280C.
·
Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil (antara 10C – 50C).
·
Amplitudo hariannya lebih besar.
·
Tekanan udara rendah.
·
Banyak curah hujan.
b.
Iklim subtropis
·
Letak
0
LU/LS -
0
LU/LS.


·
Daerah peralihan iklim tropis ke iklim sedang.
·
Terdapat empat musim.
·
Suhu sepanjang tahun cukup nyaman.
·
Jika hujan jatuh pada musim dingin, maka musim panasnya kering
disebut iklim daerah mediterania.
·
Jika hujan jatuh pada musim panas, maka musim dinginnya kering
disebut daerah iklim tiongkok.
c.
Iklim sedang
·
Letak 400 – 60
0
LU/LS.

·
Meliputi Eropa, Asia dan Amerika Utara (belahan bumi utara).
·
Meliputi ujung Amerika Selatan, ujung Afrika Selatan dan Australia
Selatan (belahan bumi selatan).
d.
Iklim dingin
·
Letak
0 –
900 LU/LS.

Dibagi menjadi dua yaitu:
·
Iklim tundra
Ciri-ciri:
-
Musim dingin sangat dingin dan berlangsung panjang.
-
Musim panas sejuk dan singkat.
-
Tanah membeku sepanjang tahun.
-
Vegetasinya berupa lumut dan semak.
-
Meliputi Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan
Greenland, dan pantai utara Siberia.
·
Iklim es
Ciri-ciri:
-
Suhu terus-menerus rendah sekali dan banyak terbentuk es abadi.
-
Meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland (Tanah Hijau) dan Antartika
di Kutub Selatan
Pembagian iklim ini didasarkan pada teori
bahwa temperatur udara suatu tempat makin rendah jika letaknya makin jauh dari
khatulistiwa. Pada kenyataannya, temperatur di beberapa tempat menyimpang dari
teori tersebut. Contoh: Pelabuhan di kota Hammerfest, Norwegia yang terletak
sekitar 700 LU tidak membeku saat musim dingin. Sedangkan sungai di
kota Moskow, Rusia yang terletak sekitar 560 LU membeku saat musim
dingin.
2)
Iklim Fisis
Iklim fisis
adalah iklim menurut kenyataan yang sesungguhnya di suatu wilayah di permukaan
bumi, sebagai hasil pengaruh lingkungan alam. Faktor yang mempengaruhi yaitu:
a)
Pengaruh luas daratan.
b)
Pengaruh lautan.
c)
Pengaruh angin.
d)
Pengaruh arus laut.
e)
Pengaruh vegetasi.
f)
Pengaruh topografi.
Iklim fisis dibedakan
menjadi 5 yaitu:
a.
Iklim laut
(iklim maritim)
Dibedakan menjadi dua yaitu:
·
Daerah tropis dan subtropis sampai
400 LU/LS.
Ciri-ciri:
-
Amplitudo suhu harian rendah.
-
Banyak awan serta sering turun hujan lebat disertai badai.
·
Daerah sedang
Ciri-ciri:
-
Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil.
-
Banyak awan.
-
Banyak hujan di musim dingin (umumnya hujan rintik-rintik).
-
Pergantian panas dan dingin tidak terjadi secara mendadak.
b.
Iklim darat
(iklim continental)
Dibedakan menjadi dua yaitu:
·
Daerah tropis dan subtropis sampai
400 LU/LS
Ciri-ciri:
-
Amplitudo suhu harian sangat besar.
-
Amplitudo suhu tahunan kecil.
-
Curah hujan sedikit serta jatuh hanya sesaat disertai angin topan.
·
Daerah sedang
Ciri-ciri:
-
Amplitudo suhu tahunan besar,
-
Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi.
-
Pada musim dingin rendah.
-
Curah hujan sangat sedikit serta jatuh pada musim panas.
c.
Iklim dataran
tinggi
Ciri-ciri:
~
Amplitudo suhu harian dan tahunan besar.
~
Udara kering.
~
Lengas nisbi sangat rendah
~
Jarang turun hujan
d.
Iklim gunung
Ciri-ciri:
~
Terdapat di dataran tinggi, seperti Tibet, Dekan, dll.
~
Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil.
~
Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah
bayangan hujan dan kadang turun salju.
e.
Iklim muson
Ciri-ciri:
~
Terdapat di daerah yang dilalaui angin muson setiap setengah tahun.
~
Setengah tahun bertiup angin laut yang basah (manimbulkan hujan).
~
Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering.
3)
Iklim Koppen
Tahun 1918
seorang ahli iklim Jerman, W. Kӧppen membuat klasifikasi iklim
berdasarkan kondisi temperatur dan curah hujan.
Bumi dibagi menjadi lima kelompok iklim
utama, yaitu iklim A,B,C,D dan E. huruf pertama menggambarkan karateristik
suhu, huruf kedua menggambarkan karateristik hujan, huruf ketiga menggambarkan
rincian suhu, dan huruf ke empat menggambarkan rincian hujan. Ciri
masing-masing tipe iklim menurut Koppen yaitu:
Tipe Iklim
|
Nama Iklim
|
Ciri-Ciri
|
A
|
Iklim tropis
|
Suhu rata-rata setiap bulan di atas 180C (64,40F).
Suhu rata-rata tahunan 200-250C iklim ini tidak
mengalami winter, curah hujan tahunan lebih dari 60 mm dan penguapan
tinggi.
|
B
|
Iklim kering
|
Penguapan melebihi curahan, selamanya tidak ada persediaan air
dan tidak ada sungai permanen.
|
C
|
Iklim sedang hangat
|
Bulan terdingin suhunya kurang dari 180C, tetapi lebih
dari
![]() |
D
|
Iklim salju
|
Suhu rata-rata pada bulan terdingin kurang dari -30C.
suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 100C, isotherm letaknya
hampir bersamaan dengan batas pertumbuhan dengan batas pertumbuhan hutan ke
arah kutub.
|
E
|
Iklim es
|
Suhu rata-rata pada bulan terpanas kurang dari 100C.
iklim ini tidak mempunyai summer yang sebenarnya.
|
a.
Tipe iklim A
Adalah
iklim hujan tropis (tropical rain
climate) dengan ciri yang tersebut dalam tabel di atas. Daerah ini terbagi menjadi:
·
Af (iklim tropis basah = tropical wet climate) yang
dicirikan oleh curah hujan pada bulan-bulan terkering minimal 60mm.
·
Am (iklim tropis basah dengan musim kering yang singkat = tropical
wet with short dry climate) cirinya dalam hal curah hujan hampir
sama dengan Af, curah hujan di bawah 60 mm di bulan kering. Namun penyebarannya
menyerupai Aw.
·
Aw (iklim basah tropis = tropical wet and dry climate)
cirinya curah hujan di bawah 60 mm minimal satu bulan.
b.
Tipe iklim B
Iklim
B merupakan iklim kering (dry climate). Rendahnya angka curah hujan dan
besarnya penguapan di daerah ini menyebabkan tidak ditemukannya sungai permanen
atau sungai yang mengalirkan sepanjang tahun.
Tipe iklim B terdiri dari dua jenis
yaitu BS dan BW. BS adalah iklim semarid atau iklim stepa, sedangkan BW adalah
iklim arid atau iklim gurun untuk menentukan tipe iklim tersebut dapat
diperrgunakan formula berikut ini.
Jenis Satuan
|
Iklim BS
|
Iklim BW
|
||
Formula
|
Polar r
|
Formula
|
Polar r
|
|
r dalam centimeter
|
r>t+7
|
f
|
r<t+7
|
f
|
r dalam celcius
|
r>t+14
|
w
|
r<t+14
|
w
|
|
r>t
|
s
|
r<t
|
s
|
Keterangan:
r = curah hujan
t = rata-rata
suhu tahunan
f = jika hujan
merata sepanjang tahun maka gunakan rumus pertama
w = jika winter
(musim dingin) yang kering maka gunakan rumus kedua
s = jika summer
(musim panas) yang kering maka gunakan rumus ketiga
c.
Tipe iklim C
Tipe iklim C adalah tipe iklim mesothermal
atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh lautan. Artinya daerah dengan
tipe iklim ini karateristik iklimnya dipengaruhi oleh laut, misalnya arus laut.
Karateristik tipe iklim C adalah sebagai berikut :
·
Rata-rata suhu dalam bulan-bulan terdingin lebih kecil dari 180C,
tetapi masih di atas -30C.
·
Rata-rata suhu bulan-bulan panasnya lebih besar dari 500C.
·
Tipe iklim C dikelompokkan menjadi tiga subregion yaitu Cf (tidak
memiliki musim kering), Cw (kering selama musim dingin) dan Cs (kering selama
musim panas).
Tipe iklim C terdiri atas:
~
Cf = iklim sedang maritim tanpa musim kering.
~
Cw = iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering.
~
Cs = iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering.
d.
Tipe iklim D
Tipe iklim D adalah tipe iklim mikrothernal
atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi daratan. Karateristik iklim ini
adalah memiliki rata-rata suhu bulan-bulan terdingin di bawah -30C
serta adanya penutupan salju pada lapisan tanah yang beku pada beberapa bulan
yang dingin.
Iklim D terbagi menjadi tiga
subregion iklim D, yaitu Df (iklim dingin dengan dengan musim dingin yang
basah) dan Ds (iklim yang kering selama musim panas).
e.
Tipe iklim E
Tipe iklim E adalah
tipe iklim kutub. Tipe iklim ini memiliki ciri rata-rata suhu pada bulan-bulan
terpanas lebih kecil dari 100C. Iklim ini dibagi menjadi dua
subregion iklim yaitu ET (iklim tundra) dan EF (iklim es abadi).
4)
Iklim Junghuhn (Frans Wilhelm
Junghuhn 1809-1864)
Ahli pertanian
berkebangsaan Jerman yang pada tahun 1835 bertugas pada pemerintahan Belanda
ini membagi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan jenis tanaman di permukaan
bumi, sebagai berikut:
a.
Mintakat / zona
panas
Terletak pada
ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut dengan suhu 220C-26,30C,
tanaman yang cocok di antaranya kelapa, tebu, padi dan jagung.
b.
Mintakat / zona
sedang
Terletak pada
ketinggian 700-1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu 17,10C-220C,
tanaman yang cocok di antaranya tembakau, teh, kopi, cokelat, kina dan
hortikulura.
c.
Mintakat / zona
sejuk
Terletak pada
ketinggian 1500-2500 meter di atas permukaan laut dengan suhu 11,10C-17,10C,
tanaman yang tumbuh adalah pinus dan cemara.
d.
Mintakat / zona
dingin
Terletak pada
ketinggian kira-kira 2500 meter di atas permukaan laut dengan suhu 6,10C-11,10C,
tanaman yang cocok adalah lumut dan tidak ada tanaman yang dapat dibudidayakan.
5)
Iklim Schmidt-Ferguson (S-F)
Tipe iklim yang
dikembangkan oleh Dr. F.H. Schmidt dan Ir. J.H.A. Ferguson hanya sesuai untuk
daerah yang beriklim tropis. Dasar klasifikasinya adalah banyaknya curah hujan
pada tiap-tiap bulan.
S-F hanya menggunakan bulan kering dan
bulan basah. Hal ini dilakukan karena di daerah tropis, amplitudo suhu relatif kecil dengan ketentuan sebagai
berikut:
a.
Bulan kering adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 60
mm/bulan.
b.
Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 100
mm/bulan.
c.
Bulan lembab adalah bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm/bulan
Pembagian wilayah iklim ditentukan menurut
besarnya Q, sedangkan Q yaitu persentase perbandingan antara bulan kering dan
bulan basah.
Rumus Iklim
S-F
|
|
Rumus
|
Keterangan
|
Q =
![]()
Md =
![]()
Mw =
![]() |
Md = rata-rata bulan
kering (mean of dry months)
fd = jumlah (frekuensi)
bulan kering (d = dry)
Mw = rata-rata bulan basah (mean of wet months)
fw = jumlah (frekuensi)
bulan basah (w = wet)
T = jumlah tahun data
|
Dari hasil analisisnya S-F membagi tipe iklim menjadi delapan tipe
iklim yaitu:
No
|
Tipe Iklim
|
Nilai Q (%)
|
Nama Daerah
|
1
|
A
|
0
![]() |
Sangat basah
|
2
|
B
|
14,3<Q<33,3
|
Basah
|
3
|
C
|
33,3<Q<60
|
Tak basah
|
4
|
D
|
60<Q<100
|
Sedang
|
5
|
E
|
100<Q<167
|
Agak kering
|
6
|
F
|
167<Q<300
|
Kering
|
7
|
G
|
300<Q<700
|
Sangat kering
|
8
|
H
|
700<Q
|
Ekstrem kering
|
6)
Iklim Oldeman
Dasar
klasifikasi iklim Oldeman adalah bulan kering dan basah yang berturut-turut
yang semuanya dihubungkan dengan kebutuhan pada sawah dan palawija terhadap
air, dengan batasan sebagai berikut:
a.
Bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari
100mm/bulan.
b.
Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan
sekurang-kurangnya 200 mm. Jumlah curah hujan sebesar ini dianggap cukup untuk
menanam padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija diperlukan jumlah
curah hujan minimal 100 mm/bulan.
Tabel : Subdivisi periode bulan basah dan kering berurutan dan masa
tanam menurut Oldeman
Simbol subdivisi
|
Bulan kering
|
Bulan basah
|
Bulan masa tanam
|
keterangan
|
1
|
< 2
|
11-12
|
11-12
|
Kemungkinan penanaman tanaman
pangan dapat diusahakan sepanjang tahun.
|
2
|
2-3
|
9-10
|
9-10
|
Penanaman tanaman dapat
diusahakan sepanjang tahun melalui perencanaan yang teliti.
|
3
|
4-6
|
6-8
|
6-8
|
Period bero tidak dapat
dihindari tetapi penanaman 2 jenis tanaman secara bergantian masih mungkin
dapat dilakukan.
|
4
|
7-9
|
3-5
|
3-5
|
Kemungkinan penanaman tanaman
pangan hanya satu kali.
|
5
|
9
|
3
|
3
|
Tidak sesuai untuk tanaman
bahan pangan tanpa penambahan sumber air dan sistem irigasi yang teratur.
|
7)
Iklim Berdasarkan Curah Hujan
Berdasarkan
curah hujan (termasuk salju), iklim di permukaan bumi dibagi menjadi tujuh zona
iklim yaitu:
a.
Zona khatulistiwa
basah
Curah hujan
rata-rata tahunan di atas 2000mm terutama dari hujan konveksi. Daerahnya
meliputi sekitar khatulitiwa, seperti DAS Amazon, Pantai Guinea Hulu dan
Bangladesh.
b.
Zona pantai
timur daerah tropik
Curah hujan
rata-rata 1500-2000 mm terutama dari hujan pengunungan dan tiupan angin pasat.
Lokasinya meliputi jalur pantai yang sempit antara 250-300LU/LS,
seperti pantai timur Brasilia, Amerika Tengah dan Madagaskar serta timur laut
Australia.
c.
Zona gurun
tropik
Curah hujan
rata-rata kurang dari 250 mm bahkan kurang dari 50 mm. berasal dari hujan
konveksi yang sangat tidak teratur. Lokasinya meliputi bagian barat daratan
yang luas di zona iklim tropik.
d.
Zona gurun dan
stepa lintang tengah
Curah hujan
rata-rata kurang dari 500 mm bahkan kurang dari 100 mm karena letaknya pada
bayangan hujan dari tiupan angin barat. Daerahnya meliputi negara bagian
Oregon, Washington, British Columbia dan Alaska di Amerika Utara, Patagonia di
Amerika Selatan dan Swedia di Eropa.
e.
Zona subtropik
lembab
Curah hujan
rata-rata 1000-1500 mm berasal dari hujan yang dibawa siklon tropik. Lokasinya
antara 250-450LU/LS di pantai tenggara Amerika Utara dan
Asia, Uruguay, Argentina, dan Australia tenggara.
f.
Zona pantai
barat lintang tengah
Curah hujan
rata-rata di atas 2000 mm dari hujan pengunungan yang berasal dari angin barat.
Lokasinya di pantai barat daratan yang luas antara 350-650LU/LS,
seperti pantai barat Kanada, Amerika Serikat Bagian Utara, Chili Selatan,
Skotlandia, Norwegia, dan pulau selatan Selandia Baru.
g.
Zona Artik dan
gurun kutub
Curah hujan
rata-rata di bawah 30 mm, lokasinya di sebelah utara 600LU dengan
suhu rendah, sehingga udara di sana tidak dapat menampung uap air.
C.
Pengaruh Iklim Global dan Dampaknya
Perubahan iklim
global kebanyakan diperngaruhi oleh pola hidup dan perilaku manusia. Perubahan
yang terjadi antara lain:
a.
Meningkatnya temperatur (suhu) di
bumi
Naiknya suhu di
bumi salah satunya disebabkan oleh aktivitas manusia yang berupa peningkatan
kadar CO2 (karbondioksida) sebagai hasil pembakaran fosil. Jika hal
ini terus terjadi maka green house effect (efek rumah kaca tidak dapat
dihindarkan).
b.
Efek rumah kaca
Gas yang dapat
menyebabkan efek rumah kaca antara lain CO2 (karbondioksida), CFC
(chloroflorocarbons), CH4 (methane), N2O (nitrous oksida),
ledakan nuklir dan ledakan gunung api. Peristiwa ini terjadi karena uap air
menyerap radiasi dengan kuat pada panjang gelombang 5-7μm dan di atas 12 μm,
sedangkan CO2 menyerap radiasi pada panjang gelombang 4-5μm dan di
atas 14 μm. Karena radiasi matahari terletak dalam panjang gelombang pendek,
maka sebagian besar radiasi matahari yang diterima bumi dapat lewat melalui
udara yang mengandung uap air dan CO2. Tetapi pada waktu bumi
meradiasikan kembali ke atmosfer maka segera akan diserap oleh uap air dan CO2
(radiasi bumi memiliki panjang gelombang lebih panjang). Karena itu kenaikan
konsentrais CO2 di lapisan atmosfer dapat mengakibatkan pemanasan
atmosfer bumi yang dikenal sebagai green house effect.
Dampak perubahan iklim
global:
a)
Suhu permukaan bumi naik
b)
Permukaan air laut naik
c)
Kutub utara dan kutub selatan mencair
d)
Banjir di daerah pantai
e)
Mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka
f)
Adanya penyusupan air ain ke air tanah dan sungai
g)
Meningkatnya risiko kebakaran hutan
h)
Mengakibatkan El Nino dan La Nina
D.
El Niño dan La Niña
Terjadinya
kekringan di Australia, termasuk beberapa daerah di Indonesia, tidak terlepas
dari daerah di Samudera Pasifik bagian selatan. Apabila keadaan di Samudera
Pasifik tidak normal. Dapat terjadi kekeringan atau hujan lebat. Keadaan yang
menyebabkan kekeringan pada rentang waktu yang lama disebut El Niño.
Sedangkan keadaan yang menyebabakan hujan lebat pada rentang waktu yang lama
disebut La Niña.
Penyebab terjadinya El Niño
dan La Niña adalah kenaikan suhu global.
1)
El Niño
El Niño merupakan keadaan yang menyebabkan
kekerinngan pada rentang waktu yang lama. El Niño terjadi setiap dua sampai
tujuh tahun.
Perairan Samudera Pasifik mulai dari
Samudera Pasifik bagian tengah sampai dengan Peru menjadi hangat, tetapi tidak demikian
halnya dengan perairan Australia sebelah utara dan Indonesia. Ketika ini
terjadi, angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni berhembus dari
arah barat ke timur. Jadi udara tropis yang lembab tidak berpusat di dekat
Benua Australia, melainkan di Samudera Pasifik bagian tengah dan meluas ke
timur ke arah Amerika Selatan.
Hal ini menyebabkan hujan di Australia dan
Indonesia menjadi lebih sedikit dari biasanya. Akibatnya timbul kekeringan di
Australia dan Indonesia. Kekeringan ini sering disertai dengan kebakaran hutan.
2)
La Niña
La Niñna merupakan keadaan yang
menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu yang lama.
Peristiwa La Niña terjadi ketika angin
pasat berhembus kencang dan terus menerus, melintasi Samudera Pasifik ke arah
Australia. Angin tersebut mendorong lebih banyak air hangat ke arah Australia
dibanding biasanya. Akibatnya, semakin banyak awan yang terkonsentrasi dan
menyebabkan hujan turun lebih banyak di Australia, Samudera Pasifik bagian
barat dan Indonesia. Di daratan terjadi hujan deras yang mengakibatkan banjir
dan air pasang.
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ilmu
Geografi adalah ilmu yang mempelajari mengenai fenomena geosfer yang terjadi
baik di permukaan bumi maupun di atmosfer. Khusus untuk atmosfer dibagi menjadi
5 lapisan atmosfer yaitu: troposfer, statosfer, mesosfer, termosfer, dan
skosfer. Dalam atmosfer yang dipelajari selain mengenai bagian-bagian atmosfer,
juga mempelajari mengenai iklim dan cuaca.
Untuk
iklim sendiri mempelajari berbagai pengelompokkan iklim, pengaruh iklim global,
serta peristiwa El Niño dan La Niña.
Pengelompokkan
iklim dibedakan menjadi:
1.
Iklim berdasarkan garis lintang
2. Iklim
Fisis
3. Iklim
Koppen
4. Iklim
Junghuhn
5. Iklim
Schmidt-Fergusson (S-F)
6. Iklim
Oldeman
7.
Iklim berdasarkan curah hujan
Pengaruh
iklim global kebanyakan disebabkan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer. Banyaknya gas CO2
di atmosfer mengakibatkan suhu di bumi meningkat menjadi lebih panas. Selain
gas CO2, gas berikut juga CFC, CH4, N2O juga
dapat mengakibatkan green house effect (efek rumah kaca). Iklim global
juga berdampak dalam kehidupan manusia. Dampak tersebut antara lain:
a)
Suhu permukaan bumi naik
b) Permukaan
air laut naik
c) Kutub
utara dan kutub selatan mencair
d) Banjir
di daerah pantai
e) Mengeringnya
air permukaan sehingga air menjadi langka
f) Adanya
penyusupan air ain ke air tanah dan sungai
g) Meningkatnya
risiko kebakaran hutan
h)
Mengakibatkan El
Niño dan La Niña
Keadaan
yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu yang lama disebut El Niño. Sedangkan
keadaan yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu yang lama disebut La
Niña. El Niño menyebabkan kekeringan di wilayah Australia dan Indonesia,
sedangkan La Niña menyebabkan hujan lebat di wilayah tersebut.
B. KRITIK
DAN SARAN
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
Nama :
Kelompok :
Kritik/saran :
C. PERTANYAAN
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
Nama :
Kelompok :
Pertanyaan :
Jawaban :
DAFTAR PUSTAKA
LKS Geografi Semester Genap
Wardiyatmoko,K. 2012. Geografi SMA/MA Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Moh. Pabundu Tika, Hermawanto, Amin dan Anik
Arofah. 2007. Pengetahuan Sosial Geografi. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Sugiyanto. 2007. Khazanah Geografi 1.
Solo : PT. Wangsa Jatra Lestari.
Sudarsono, Agus. 2009. Geografi Kontekstual.
Surabaya : PT. Media Utama.
Penelusuran gambar: google image.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar